Belajar dan Mengajar Kreatif
BAB I
Proses belajar-mengajar atau proses pengajaran merupakan suatu kegiatan melaksanakan kurikulum suatu lembaga pendidikan, agar dapat mempengaruhi siswa mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan, tujuan pengajaran adalah rumusan kemampuan yang diharapkan dimiliki para siswa setelah menempuh berbagai pengalaman belajar pada akhir pengajaran. Agar tujuan pendidikan dapat tercapai secara maksimal, maka diperlukan media pengajaran sebagai alat bantu pengajaran. Media pengajaran dapat mempertinggi proses belajar siswa dalam pengajaran yang pada gilirannya diharapkan dapat mempertinggi hasil belajar yang dicapainya. Pernyataan tersebut ditegaskan Sudjana (2009) bahwa: ada beberapa alasan, mengapa media pengajaran dapat mempertinggi proses belajar siswa. Alasan pertama berkenaan dengan manfaat dalam proses belajar siswa antara lain :
- Pengajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar
- Bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh para siswa, dan memungkinkan siswa menguasai tujuan pengajaran lebih baik
- Metode pengajaran akan lebih bervariasi, tidak semata- mata komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga, apalagi jikalau guru mengajar untuk setiap jam pelajaran
- Siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru, tetapi aktivitas lain seperti mengamati, melakukan, mendemonstrasikan, dan lain-lain.
Seorang guru dituntut agar dapat membuat media pembelajaran. Penggunaan proses belajar mengajar harus dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan keinginan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh psikologis terhadap siswa. Penggunaan media pengajaran terhadap orientasi pengajaran akan sangat membantu keefektifan proses pembelajaran dan penyampaian pesan dan isi pelajaran pada saat itu. Juga dapat membantu siswa meningkatkan pemahaman dan kreativitas siswa.
BAB II
PEMBAHASAN
BELAJAR DAN MENGAJAR KREATIF
- Arti Belajar Kreatif
- Pengertian Belajar Kreatif
Belajar kreatif dapat diartikan sebagai kemampuan siswa menciptakan hal-hal baru dalam belajarnya baik berupa kemampuan mengembangkan kemampuan formasi yang diperoleh dari guru dalam proses belajar mengajar yang berupa pengetahuan sehingga dapat membuat kom binasi yang baru dalam belajarnya.
- Proses belajar Kreatif
menurut Torance dan Myres berpendapat bahwa proses belajar kreatif sebagai : “keterlibatan dengan sesuatu yang berarti, rasa ingin tahu dan mengetahui dalam kekaguman, ketidak lengkapan, kekacauan, kerumitan, ketidakselarasan, ketidakteraturan dan sebagainya
Beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh seorang guru yang professional dalam menyusun program pembelajaran yang dapat meningkatkan kreativitas siswa dalam belajar yaitu:
- Menciptakan lingkungan di dalam kelas yang merangsang belajar kreatif
- Memberikan Pemanasan
Sebelum memulai dengan kegiatan yang menuntut prilaku kreatif siswa sesuai dengan rencana pelajaran lebih dahulu diusahakan sikap menerima (reseptif) di Kalangan siswa, terutama berlaku apabila siswa sebelumnya baru saja terlibat dalam suatu penguasaan yang berstruktur, mengerjakan soal fiqih, tugas atau kegiatan, bertujuan meningkatkan pemikiran kreatif menuntut sikap belajar yang berbeda lebih terbuka dan tertantang berperanserta secara aktif dengan memberikan gagasan-gagasan sebanyak mungkin untuk itu diberikan pemanasan yang dapat tercapai dengan memberikan pertanyaan pertanyaan terbuka dengan menimbulkan minat dan rasa ingin tahu siswa.
- Pengaturan Fisik
Membagi siswa dalam kelompok untuk mengadakan diskusi kelompok.
- Kesibukan Dalam Kelak
kegiatan belajar secara kreatif sering menuntut lebih banyak kegiatan fisik, dan diskusi antara siswa oleh karena itu guru hendaknya agak tenggang rasa dan luwes dalam menuntut ketenangan dan sebagai siswa tetap duduk pada tempatnya. Guru harus dapat membedakan kesibukan yang asyik sert suara-suara yang produktif yang menunjukkan bahwa siswa bersibuk diri secara kreatif.
- Guru sebagai Fasilitator
Guru dan anak yang berbakat lebih berperan sebagai fasilitator dari pada sebagai pengarah yangmenentukan segalagalanya baigsiswa. Sebagai fasilitator gurumendorong siswa (memotivator) untuk menggabungkan inisiatif dalam menjajaki tugas-tugas baru. Guru harus terbuka menerima gagasa dari semua siswa dan gur harus dapat menghilangkan ketakutan, kecemasan siswa yang dapt menghambat dan pemecahan masalah secara keatif (Munandar, 1992 : 78-81).
- Mengajukan dan mengundang pertanyaan
Dalam proses belajar mengjar, diperlukan keterampilan guru baik dalam mengajukan pertanyaan kepada siswa maupun dalam mengundang siswa untuk bertanya.
- Teknik Bertanya
Pertanyaan yang merangsang pemikiran kreatif adalah pertanyaan semacam divergen atau terbuka. Pertanyaan semacam ini membantu siswa mengembangkan keterampilan mengumpulkan fakta, merumuskan hipotesis, dan menguji atau menilai informasi mereka.
- Mengapa Belajar Kreatif itu Penting
Refinger (1980 : 9-13) dalam Conny Semawan (1990:37-38) memberikan empat alasan mengapa belajar kreatif itu penting yaitu :
- Belajar kreatif membantu anak menjadi berhasil guna jika kita tidak bersama mereka. Belajar kreatif adalah aspek penting dalam upaya kita membantu siswa agar mereka lebihmampu menangani dan mengarahkan belajar bagi mereka sendiri.
- Belajar kreatif menciptakan kemungkinan-kemungkinan untuk memecahkan masalah-masalah yang tidak mampu kita ramalkan yang timbul di masa depan.
- Belajar kreatif dapat menimbulkan akibat yang besar dalam kehiduppan kita. Banyak pengalamankreatif yang lebih dari pada sekedar hobi atau hiburan bagi kita. Kita makin menyadari bahwa belajar kreatif dapat mempengaruhi, bahkan mengubah karir dan kehidupan pribadi kita.
- Belajar kreatif dapat menimbulkan kepuasan dan kesenangan yang besar.
- Tiga Tingkat Belajar Kreatif (Model Triffinger)
Tingkat I
Treffinger memusatkan perhatian pada bagaimana anak dapat berpikir secara divergen atau terbuka tanpa memikirkan bahwa pendapat yang disampaikan benar atau salah. Kemampuan afektif yang dikembangkan meliputi rasa ingin tahu (dapat dilihat dari keaktifan siswa dalam bertanya), keberanian mengambil resiko (keberanian dalam menjawab pertanyaan walaupun jawaban yang disampaikan salah), percaya diri (siswa berani dalam menentukan jawaban yang berbeda dengan jawaban temannya) dan lain sebagainya. Sedangkan kemampuan kognitif yang dapat dikembangkan meliputi kelancaran (dapat dilihat dari waktu yang digunakan anak dalam menjawab dan mengungkapkan gagasan yang berbeda), kelenturan (dilihat dari banyaknya idea tau gagasan yang berbeda yang disampaikan siswa) dan lain sebagainya.
Tingkat II
Treffinger lebih memusatkan perhatiannya pada pengembangan kemampuan penyelesaian masalah dan keterbukaan terhadap perbedaan. Kemampuan afektif pada tingkat ini meliputi keterbukaan perasaan majemuk (yaitu keterbukaan dalam menerima gagasan yang berbeda), meditasi dan kesantaian (kebiasaan dan ketenangan dalam menerima gagasan yang berbeda), penggunaan khayalan dan tamsil (kemampuan berimajinasi dalam menggambarkan masalah yang dihadapi) dan lain sebagainya. Sedangkan kemampuan kognitif yaitu meliputi penerapan (penggunaan apa yang tersedia dalam menyelesaikan masalah yang diberikan), analisis (mendiskripsikan segala masalah yang ada), sintesis (ketrampilan memadukan hal yang didapat dengan pengetahuan sebelumnya), evaluasi (penilaian terhadap jawaban teman dan diri sendiri sehingga menghasikan jawaban yang paling tepat) dan lain-lain.
Tingkat III
Treffinger memusatkan pada bagaimana anak dapat mengelola dirinya sendiri dan kemampuannya sehubungan dengan keterlibatannya dalam tantangan-tantangan yang ada dihadapannya. Kemampuan afektif pada tingkat ini meliputi pemribadian nilai (berkaitan dengan pengevaluasian diri dan ide-ide sebelumnya), pengikatan diri terhadap hidup produktif (berusaha untuk tetap menghasilkan ide baru dalam setiap kegiatan penyelesaian masalah), dan lain-lain. Sedangkan kemampuan kognitif yang dapat dikembangkan meliputi pengajuan pertanyaan secara mandiri (pertanyaan yang timbul dari pemikiran sendiri), pengarahan diri (mampu menentukan sendiri langkah-langkah menyelesaikan masalah tanpa terpengaruh penyelesaian dari teman), pengelolaan sumber (menggunakan segala yang ada disekitar untuk memperoleh jawaban yang diinginkan), dan pengembangan produk (mengembangkan ide yang ada sebelumnya sehingga diperoleh ide baru), dan lain sebagainya.
- Mengajar Kreatif
- Pengertian Mengajar Kreatif
Mengajar kreatif adalah kemampuan untuk menciptakan, mengimajinasikan, melakukan inovasi dan melakukan hal-hal artistik lainnya, dibentuk dari suatu proses yang baru. Memiliki kemampuan untuk menciptakan serta dirancang untuk mensimulasi.
- Teknik Mengajar Kreatif
- Melakukan Pemanasan (Warming Up)
Sebelum memulai dengan kegiatan yang menuntut prilaku kreatif siswa sesuai dengan rencana pelajaran lebih dahulu diusahakan sikap menerima (reseptif) di Kalangan siswa, terutama berlaku apabila siswa sebelumnya baru saja terlibat dalam suatu penguasaan yang berstruktur, mengerjakan soal fiqih, tugas atau kegiatan, bertujuan meningkatkan pemikiran kreatif menuntut sikap belajar yang berbeda lebih terbuka dan tertantang berperanserta secara aktif dengan memberikan gagasan-gagasan sebanyak mungkin untuk itu diberikan pemanasan yang dapat tercapai dengan memberikan pertanyaan pertanyaan terbuka dengan menimbulkan minat dan rasa ingin tahu siswa.
- Pemikiran dan Perasaan Terbuka
Teknik pemikiran dan perasaan berahir ini pada intinya ingin mengupayakan agar pembelajar terdorong memunculkan perilaku divergen. Perilaku ini dapat dirangsang dengan cara mengajukan pertayaan yang memungkinkan pembelajar mengungkapkan segala peraaan dan pikiran sebagai jawaban. Cara yang paling sederhana untuk merangsang pemikiran kreatif ialah dengan mengajukan pertanyaan yang memberikan kesempayan timbulnya berbagai macam jawaban sebagai ungkapan pikiran dan perasaan serta dengan membantu siswa mengajukan pertanyaan. Contoh-kegiatan pemikiran dan perasaaan terbuka Menyelesaikan sesuatu yang telah dimulai, Mencari penggunaan baru dari benda sehari-hari, Meningkatkan atau memperbaiki suaut produk atau benda (Munandar, 1999 : 100-1003).
- Menjelaskan Strategi Belajar Kreatif
Niu & Sternberg (2003) telah menjalankan satu kajian untuk menganalisa dua cara yang digunakan untuk meningkatkan kreativiti 96 orang pelajar di sebuah Sekolah Tinggi di Beijing, China. Para pelajar ini telah diminta untuk menghasilkan satu hasil seni yaitu kolaj. Dalam kajian ini para pelajar telah dibahagikan kepada 3 kumpulan yaitu kumpulan pertama tidak menerima sebarang arahan supaya menjadi kreativiti apabila menghasilkan kolaj, kumpulan kedua telah menerima arahan supaya menjadi kreatif apabila menghasilkan kolaj dan kumpulan ketiga pula telah diajar secara terperinci bagaimana menghasilkan kolaj yang kreatif. Kolaj yang dihasilkan oleh para pelajar tersebut telah diadili secara subjektif dan objektif. Hasil kajian ini mendapati bahawa para pelajar yang telah diminta menjadi kreatif telah menghasilkan kolaj yang kreatif berbanding dengan rakan-rakan mereka yang tidak menerima sebarang arahan supaya menjadi kreatif. Kajian juga mendapati bahawa pelajar yang diajar secara terperinci bagaimana menghasilkan kolaj yang kreatif telah menghasilkan kolaj yang paling kreatif. Dapatan kajian ini menunjukkan kepada kita bahawa kreativiti pelajar boleh ditingkatkan dalam bilik darjah melalui arahan-arahan yang disampaikan oleh guru kepada para pelajarnya.
Di samping itu, Torrance (1961) telah mengajar guru-guru di beberapa buah sekolah di Amerika Syarikat lima prinsip pengajaran kreatif iaitu: (1) menghormati soalan-soalan yang dikemukakan oleh pelajar; (2) menghormati idea-idea imaginatif yang dikeluarkan oleh pelajar; (3) tunjukkan kepada pelajar bahwa idea-idea yang mereka keluarkan mempunyai nilai tersendiri; (4) benarkan pelajar melakukan perkara-perkara tertentu untuk tujuan latihan semata-mata tanpa sebarang penilaian; dan (5) kaitkan sebarang penilaian yang guru lakukan dengan sebab dan akibat. Para guru tersebut telah menjalankan pengajaran dengan mengikut kelima-lima prinsip ini selama empat minggu. Satu lagi kumpulan guru yang dikawal telah menjalankan pengajaran mereka mengikut prosedur biasa untuk tempoh yang sama. Ujian kreativiti yang dilakukan terhadap pelajar sebelum dan sesudah kajian ini dilakukan menunjukkan bahawa terdapat peningkatan yang mendadak terhadap pelajar yang diajar oleh guru menggunakan lima prinsip pengajaran kreativiti berbanding dengan pelajar yang diajar oleh guru mengikut prosedur biasa. Mereka mendapat markah yang lebih tinggi untuk keaslian , keluwesan, kefleksibelan dan penghuraian (Stein, 1974).
Sebagai tambahan, Amabile (1983) mendakwa bahawa sesiapa yang memiliki kebolehan kognitif yang biasa boleh bercita-cita untuk menghasilkan sesuatu yang kreatif dalam bidang tertentu. Cropley (1992) pula menambah bahwa semua pelajar tanpa mengira tahap kepintaran mereka memilikinkemampuan untuk berfikir secara konvergen dan divergen. Pemikiran divergen adalah pemikiran yang dikaitkan dengan kreativiti. Bagi menjawab soalan yang kedua yaitu bagaimanakah kreativiti boleh dipertingkatkan, beberapa percobaan telah dilakukan untuk membangunkan pelbagai pendekatan untuk meningkatkan kreativiti dalam bilik darjah. Secara keseluruhannya pendekatan itu boleh dibahagikan kepada tiga kategori yaitu: (a) Strategi-strategi umum yang hanya melibatkan perubahan dalam stail pengajaran guru atau pedagogi (b) Pendekatan berstruktur yang melibatkan penggunaan teknik-teknik khusus (c) Pendekatan penyelesaian masalah terhadap isi mata pelajaran. Disebabkan kekangan masa dan tenaga, perbincangan ini akan memberikan tumpuan kepada strategi-strategi umum yang hanya melibatkan perubahan dalam stail pengajaran guru.
- Menjelaskan dan Menganalisa Saran-saran Tambahan dalam Memupuk Iklim Belajar Kreatif
Untuk dapat mengatasi permasalahan dalam pembelajaran yaitu guru harus mengembangkan kreativitasnya dalam pembelajaran. Kreativitas guru merupakan hal penting dalam pembelajaran dan bahkan dapat menjadikan pintu masuk dalam upaya meningkatkan pencapaian hasil belajar siswa. Perilaku pembelajaran yang dicerminkan oleh guru cenderung kurang bermakna apabila tidak diimbangi dengan gagasan/ide dan perilaku pembelajaran yang kreatif. Kreativitas adalah kemampuan guru dalam meninggalkan gagasan/ide dan perilaku yang dinilai mapan, rutinitas, usang dan beralih untuk menghasilkan atau memunculkan gagasan/ide dan perilaku baru itu terwujud ke dalam pola pembelajaran yang di nilai kreatif dan adaptif terhadap perubahan (Agung 2010 :12). Mengembangkan kreativitas pembelajaran antara lain sebagai berikut : a. Merancang dan Menyiapkan Bahan Ajar/Materi Pelajaran Merancang dan menyiapkan bahan ajar/materi pelajaran merupakan faktor penting dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran terhadap anak didik dapat berlangsung baik, rancangan dan persiapan bahan ajar/materi pelajaran pun harus baik pula, cermat dan sistematis. Rancangan atau persiapan bahan ajar/ materi pelajaran berfungsi sebagai pemberi arah pelaksanaan pembelajaran, sehingga proses pembelajaran dapat terarah baik dan efektif. Namun hendaknya dalam merancang dan menyiapkan bahan ajar/ materi pelajaran disertai pula dengan gagasan/ide dan perilaku guru yang kreatif (Agung 2010 :54). Sejumlah hal dibawah ini mungkin dapat menjadi acuan bagi guru untuk mengembangkan gagasan/ide dan perilaku kreatif berkaitan dengan menyusun rencana atau persiapan mengajar (Agung 2010 :54-55) :
- Menentukan bahan ajar/materi pelajaran yang akan diberikan kepada peserta didik.
- Menentukan tujuan pembelajaran dari masing-masing bahan ajar/materi pelajaran yang akan disampaikan.
- Memilah bahan ajar/materi pelajaran yang dinilai sulit dan mudah diterima oleh peserta didik.
- Merancang cara pemberian dan membangkitkan perhartian dan semangat belajar siswa, melalui contoh, ilustrasi gaya bahasa yang di gunakan dan lain sebagainya.
- Merancang cara untuk menimbulkan keaktifan dalam pembelajaran siswa, berupa pemberian tugas mencari bahan ajar, eksperimen, stimulasi, diskusi, perkerjaan rumah dan sebagainya.
- Merancang cara pemberian pengulangan tehadap bahan ajar yang dinilai sulit melalui tes kecil, pemberian tambahan waktu belajar, pemberian tugas/perkerjaan rumah dan lain sebaginya.
- Merancang cara memberikan tantangan belajar yang perlu diatasi bersama oleh siswa, baik individual maupun kelompok, seperti menugaskan membaca dan menyimpulakn hasil, tugas, tugas kelompok, pengenalan lingkungan sekitar, memberikan tugas kliping Koran dengan tema sesuai dengan materi pelajaran dan memberikan kesimpulan dan lain sebagainya.
- Merancang cara untuk balikan dan penguatan, berupa tes kecil harian, pemberian tugas/latihan, pemberian jam pelajaran tambahan untuk penguatan dan sebagainya. · Memperhatikan perbedaan karakteristik kemampuan siswa dan mengelompokkan ke dalam siswa pintar, sedang, dan kurang, serta perlakuan yang akan diberikan.
- Menyusun rencana kerja
BAB III
PENUTUP
- Kesimpulan
tujuan pengajaran adalah rumusan kemampuan yang diharapkan dimiliki para siswa setelah menempuh berbagai pengalaman belajar pada akhir pengajaran. Belajar kreatif dapat diartikan sebagai kemampuan siswa menciptakan hal-hal baru dalam belajarnya baik berupa kemampuan mengembangkan kemampuan formasi yang diperoleh dari guru dalam proses belajar mengajar yang berupa pengetahuan sehingga dapat membuat kom binasi yang baru dalam belajarnya. terdapat tiga tingkatan dalam belajar kreatif menurut model triffinger. beberapa teknik dalam mengajar kreatif adalah dengan melakukan pemanasan, serta pemikiran dan perasaan terbuka